Saya banyak melakukan perjalanan selama bertugas di Sumba
ini. Dari pantai ke pantai, bukit ke bukit, maupun air terjun ke air terjun
lainnya. Ada yang terdokumentasi, tetapi lebih banyak yang tidak. Semua
dikarenakan telpon seluler saya cukup buruk untuk mengambil gambar. Itu alasan
pertama. Alasan kedua, saya tidak memiliki kemampuan mengambil gambar yang
bagus. Ketiga, lebih sering melamun dan menikmati makna yang saya dapat selama
melakukan perjalanan tersebut. Cukup disayangkan sebenarnya. Dan rupanya,
gambar-gambar yang terdokumentasi pun kebanyakan seperti foto disamping. Sangat tidak penting. 😂
Di sebelah dokter ini adalah salah seorang pasien yang
pernah ia rawat. Pasien ini ia rawat bukan saja seminggu-dua minggu. Tapi sebulan
lebih. Saya sebenarnya lupa sekali siapa namanya, berapa usianya, serta
penyakit yang dideritanya. Yang saya bisa ingat adalah, pasian ini usianya jauh
lebih muda dari saya, belum 30 tahun, dan menderita penyakit komplikasi yang
banyak sekali. Salah satunya penyakit gagal ginjal dan anemia berat. Pernah mengalami gagal napas. Transfusi darah berkantong-kantong. Serta tidak mampu melakukan aktivitas, bahkan hanya untuk sekedar duduk di tempat tidur. Berapa
kali saya dan teman sejawat menduga ia tidak akan bisa melewati masa-masa
gawatnya di rumah sakit ketika itu. Tapi mujizat selalu terjadi, bukan? Dan
pemuda ini adalah salah satunya.
Saya pun tidak mengenalinya sampai ketika ia memanggil saya,
dan berlari mengejar menghampiri sembari berkata, “Bapak dokter!!!”.
Saya saat itu sedang berjalan di pasir pantai sambil melihat
anak-anak kecil bermain air. Serta melihat nelayan lokal membawa ikan-ikan
hasil tangkapannya. Pemuda ini sedang duduk di pasir bersama kerumunan warga
lain bermain kartu. Ia kemudian menceritakan tentang dirinya dan bagaimana ia
berada di rumah sakit dalam waktu yang lama, dan mengatakan bahwa saya yang
merawatnya dan menyampaikan terima kasih. Ia mengatakan di depan seluruh
orang-orang yang berkumpul disitu. Saya
tersentuh, dan kemudian mengajak berfoto bersama, sebagai dokumentasi pribadi.
Dokumentasi-dokumentasi yang ‘tidak sengaja’ terjadi seperti
ini bisa menjadi pengingat kepada saya, bahwa ternyata apa yang saya lakukan berarti
dan memberi dampak. Kalaupun tidak untuk semua orang, setidaknya 1 pemuda ini
merasakan bahwa saya ada gunanya juga. Hal begini membuat hangat di dalam hati.
Dan hal itu akan terus membuat saya terus belajar untuk menjadi dokter yang
baik, serta memiliki attittude yang baik dalam melayani pasien.
Saya pamit pulang kepada pemuda itu dan kepada warga disana
dengan melambaikan tangan. Impian melayani Tuhan melalui pekerjaan sebagai
dokter bukan saja digenapi olehNya. Tapi saya benar-benar disertai. Tampak
nyata melalui hal-hal yang saya alami seperti ini. Dan saya suka membagikan
cerita seperti ini, agar kita semua bisa terus ingat, bahwa kita berarti, dan
sesama kita berarti. Melayani dan mengasihi sesama, adalah bukti nyata kita
berTuhan, dan mencintai Tuhan. Bukan dengan membagikan kebencian.
Sumba, 18 November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar